H
|
ujan, dimana setiap
orang merasakan kesunyiannya. Putri yang sedang menikmati gemericik hujan serta
diselimuti dinginnya kala itu membuat ia semakin memikirkan perintah ayahnya
untuk memilih Sekolah Menengah Kejuruan; SMK, sebagai lanjutan tingkat sekolahnya.
Memilih jurusan akuntansi
sebagai bidang keahliannya merupakan hal yang sangat dipertimbangkan olehnya, demi
seorang ayah yang sangat menginginkan anaknya sebagai seorang akuntan. Jurusan
akuntansi itu tidak mudah, harus teliti, jujur, dan bertanggungjawab. Etika
seorang akuntan pun berbanding terbalik dengan sifat gadis ini. Gadis kecil
yang satu ini merupakan seseorang yang sangat ceroboh, sering mengabaikan hal
yang menurutnya tidak penting, dan tidak pernah mau untuk berkenalan duluan
dengan seseorang yang belum ia kenal. Dia lebih suka diajak kenalan daripada ia
yang mengajak. Sifat ini sangat kental dengannya karena ia anak bungsu dari tiga
bersaudara. Tetapi dibalik itu semua, tersimpan bakat melukis yang melekat
didirinya.
Seringkali Putri membuat
kegaduhan seisi rumah karena kemanjaannya yang membuat seluruh kakaknya merasa
iri dengannya. Ibu dari empat bersaudara ini telah lama meninggal, sejak Putri
baru dilahirkan didunia ini ibunya mempertaruhkan nyawanya demi sang kecil
dapat hidup didunia ini. Itulah yang menyebabkan kakak pertamanya-Elin- sangat
membencinya. Tapi Putri tidak pernah mengetahui kalau ibunya telah meninggal
hanya karena untuk dirinya dapat hidup di dunia ini. Dia hanya tahu ibunya
meninggal karena sakit. Tidak ada yang memberitahunya, semuanya mencoba untuk
menutupinya.
Hari
pertama Masa Orientasi Siswa dimulai, diawali dengan upacara apel pagi yang membuat setiap siswa yang
berada dilapangan itu merasakan pusing, panas, bosan, dan kesal dengan seluruh
teguran kakak kelas. Tiba-tiba Putri yang sedang mengikuti alurnya upacara
terjatuh pingsan dan tak sadarkan diri. Suara keberisikan yang begitu mencengangkan
di dalam UKS membuatnya terbangun dan mulai sadar. Disampingnya ia lihat ada
seorang lelaki yang sama sekali tidak ia kenal. Bertubuh tinggi, putih,
memiliki rambut agak spike, beralis
tebal, dan hidung yang mancung. Lelaki itu tersenyum saat melihat putri sadar,
lalu menyodorkan tangannya dan memberikan segelas teh hangat kepadanya.
“Ini,
diminum dulu supaya badan kamu enakan” lelaki itu memulai pembicaraan
“Iya
makasih” putri yang masih setengah sadar menanggapi pembicaraannya.
“Oke,
sama-sama. Lain kali kalau kamu tidak kuat langsung bilang saja ke OSIS jangan
menyusahkan seperti ini.” Balasnya ketus.
Hey,
apa-apaaan ini dijawab baik-baik malah dibalas jutek seperti itu, bisiknya kesal dalam hati Putri. Upacara APEL pagi telah selesai dan keadaan
Putri yang mulai membaik sehingga ia harus meninggalkan UKS dan kembali ke
kelasnya. Tiba-tiba dikelasnya, datanglah seorang kakak kelas yang tadi
memberikan segelas teh hangat kepadanya di UKS. Putri merasa kesal dengan kedatangannya.
Walaupun terlihat hampir sempurna di setiap mata wanita, tetapi berbeda dengan
anggapan Putri, dia masih seorang lelaki yang menyebalkan yang pernah ia temui pertama
kali di sekolah ini.
“Kakak kelas itu ganteng banget ya, eksis lagi. Wihhh idaman banget ya” Gumam seorang teman yang duduk
disebelah bangku Putri sambil tersenyum-senyum.
“Tapi sikapnya tidak sebaik wajahnya. Kelihatannya sih baik,
coba aja kamu ajak bicara, pasti sangat menyebalkan.” Balas ku.
“Loh? Kamu ini kenapa? Lelaki setampan dia tidak mungkin
seperti itu. Tuh, lihat saja rambutnya keatas gitu. Kece banget sumpah” Lanjut Cika teman sebangku putri yang entah
kenapa ia sangat mengagumi lelaki yang menurut Putri sangat menyebalkan itu.
***
Bel pulang sekolah telah
berbunyi dan menandakan jam pelajaran terakhir telah selesai dan siswa
diharapkan agar kembali kerumahnya masing-masing. Tetapi berbeda dengan para
peserta MOS mereka masih harus
menjalani upacara apel yang sangat
menguji kesabaran setiap siswa yang berada di lapangan. Seluruh OSIS begitu seenaknya memberikan
wejangan yang menurut Putri sangatlah basi. Semua
orang juga tau kali kalau yang muda itu harus menghormati yang lebih tua, tapi
kalo yang tua terlalu gila hormat nggak wajar juga. Batin putri pun
menggerutu kesal. Teriknya panas matahari kala itu sangat mendukung kakak kelas
untuk menghukum peserta MOS. Putri
semakin kesal, raut wajah yang ditekuk dan bercucuran oleh keringat sangat
menandakan bahwa ia sudah terlalu lelah untuk terus berdiri di bawah sinar
matahari langsung.
“Engga
haus apa tuh kakak kelas ngomong mulu. Udah tau panas, capek, engga ngerti keadaan banget sih.” Seorang lelaki
berketurunan arab berbicara dengan nada kesal.
“Iya tuh, ngeselin banget ya” Lanjut Putri yang tiba-tiba
spontan melanjutkan pembicaraannya.
“Hey kamu, sehati banget ya kita. Kenalan boleh? Aku Faiz
dari kelas 10-3” Lelaki itu menengok dan mencoba berdiri mendekati Putri.
“Ih apaan sih, SKSD
banget kamu!” Jawab Putri yang sedari tadi badmood
karena ocehan kakak kelasnya di UKS tadi.
“Oh gitu nih? Jangan jutek gitu jadi cewek. Nanti semua cowok
takut lho yang mau deketin kamu” balasnya merayu.
“Kamu tuh ya, baru pertama ketemu aku
aja udah ngeselin banget. Udah nilai-nilai aku segala lagi!” jawabnya ketus.
***
“Kakak kelas yang di UKS tadi ganteng juga ya, baik
banget lagi udah kasih aku minuman, tetapi lelaki arab tadi ganteng juga ya, senyumnya
manis banget...” Batin putri sambil senyum-senyum sendirian mengagumi lelaki
tampan tersebut.
“Ettts, ngapain kamu senyum-senyum sendirian? Cieee, udah
dapet gebetan ya di sekolah barunya?” Ledek Cindy kakak kedua Putri.
“Ih, apaan sih kakak. Nggak banget ya senyum-senyum
gara-gara siswa di sekolah itu. Sampai kapanpun aku nggak akan pernah srek masuk sekolah itu!” jawab Putri
mengelak.
“Loh
kenapa? Kan kamu sendiri yang menentukan masuk situ...”
“Hey
kalian ini, sudah malam masih saja ribut. Putri sana kamu masuk ke kamar besok
masih harus sekolah, Cindy juga sana cepat ke kamar besok kan kamu juga harus
masuk untuk mengospek adik-adik
kelasmu” celetuk ayahnya yang daritadi terlihat pusing mendengar perselisihan
kakak beradik ini.
***
Masa Orientasi Siswa telah
berakhir, siswa baru di sekolah itu merasakan kemerdekaan karena telah selesai berhadapan
dengan kakak kelas yang sangat menjengkelkan. Berbeda dengan putri, ia merasa
seperti ada sesuatu yang hilang. Kakak kelas yang telah menolongnya saat ia di
UKS, tidak terlihat sama sekali. Mencari-cari tanpa bertanya dengan siapapun,
dan hasilnya nihil. Ia sama sekali tidak menemukan lelaki itu.
“Hey, aku boleh duduk sebangku
denganmu?” Seorang anak perempuan dengan rambut sebahu tiba-tiba menepuk
pundaknya dan bertanya.
“Hmm,
iya boleh silahkan” Putri merasa bingung karena yang menepuk pundaknya bukan
seseorang yang ia harapkan.
Pelajaran
pertama dimulai, dan putri masih saja memikirkan kakak kelas yang telah
berhasil membuatnya selalu memikirkan sosoknya.
“Hey
nama kamu siapa? Dari sekolah mana?” tanya seseorang yang duduk sebangku dengannya.
“Nama
aku Putri dari SMP Cendrawasih, nama kamu sendiri ?” Balas Putri.
“Aku
Citra dari SMP Harapan 1” Jawabnya dengan wajah senangnya.
Setelah lama berbincang tentang
perkenalan dua siswi yang duduk sebangku ini. Tiba-tiba putri terkejut melihat
kearah jendela dan ada seorang lelaki yang telah dinantinya sejak tadi, sedang
berjalan melewati di depan kelasnya. Dia adalah lelaki yang telah ia tunggu
saat mos berakhir.
“Loh, loh. Kamu kenapa? Kok melihatnya segitunya? Cieee
kamu suka yaa?” Celoteh citra meledeknya.
“Ih
engga, aku seneng aja kalau lihat dia, hehe..” jawab Putri sambil tersenyum malu.
“Kamu
bisa aja ngelesnya, aku bisa lihat kali dari gerak-gerik matamu kalau sedang lihat
dia. Ciee...” Citra meledek Putri dan tertawa.
Putri tersenyum sendiri, sekejap
terdiam, dan tak bisa mengelak dengan ledekan Citra teman sebangkunya. Ya,
Citra benar, tanpa Putri sadari ternyata ia menyukainya, diam-diam ia
mencintainya. Semakin hari Putri semakin bahagia akan sosok yang membuatnya
jatuh cinta, ia semakin semangat untuk pergi ke sekolah. Kakak kelas itu menjadi sumber energi Putri untuk berangkat
ke sekolah. Setiap melihatnya, hati Putri selalu berdebar begitu kencang, salah
tingkah, dan entah apa yang ia rasakan
saat berada tepat disampingnya. Seperti sedang menaiki jetcoster yang melambung
tinggi, dan ketika sampai puncaknya tak
berharap untuk turun.
“Hey,
kamu masuk kelas 10 berapa?” Tanya seorang lelaki bertubuh tinggi putih yang
telah lama Putri nantikan kedatangan dirinya, ia berdiri disamping Putri saat
di perpustakaan.
“Hmm
kelas 10 Akuntansi 2 kak” Jawab Putri gugup.
“Oh,
anak akuntansi juga? Kenalin nama aku Vino dari kelas 12 Akuntansi 1, nama kamu
siapa?” Lelaki itupun tersenyum sambil mengulurkan tangannya ke arah Putri.
“Nama
aku Putri, kak.. ” Jawabnya semakin gugup. Berada disamping lelaki itu membuat
Putri salah tingkah.
“Nggak
usah gerogi gitu kali put, biasa aja. Keliatannya daritadi gugup banget ngomong
sama aku, hehe” Balas Vino yang sambil meletakan buku bacaannya ke lemari buku.
Perbincangan mereka berlangsung
lama, memakan waktu selama istirahat kedua berlangsung. Mereka saling bertukar
cerita, perbincangan mereka terlihat sangat asik seperti sudah lama berkenalan
padahal belum satu jam perkenalan mereka berlangsung. Berbagi canda dan tawa,
di selang pembicaraan mereka tiba-tiba Vino meminta nomor telepon dan pin BBM
Putri, dan Putri memberinya karena merasa tidak enak hati. Sebenarnya yang
seperti ini lah yang sangat tidak disukai Putri dari seorang lelaki; baru kenal
langsung menanyakan nomor telepon dan pin BBM.
***
Bel pun berbunyi tanda
istirahat telah selesai, Putri dan Vino berjalan bersama menuju kelasnya
masing-masing. Berhubung Putri dan Vino satu jurusan, jadi kelas mereka berdua
tidak berjarak terlalu jauh. Saat sedang berjalan tiba-tiba ada seorang kakak
kelas perempuan yang memerhatikan langkah Putri dari jauh begitu sinis. Seperti
ada suatu hal yang aneh, Putri pun sedikit menjaga jaraknya dengan Vino.
“Hmm
udah sampai nih dikelas kamu, masuk gih sebelum guru bidang studi dateng. Aku balik
ke kelas dulu, ya.” Ucap Vino sambil mengusapkan rambut Putri.
“Iya
kak, makasih ya udah di anter sampai sini” Jawab Putri sambil tersenyum malu
dan agak salah tingkah dengan sikap Vino .
Selama pelajaran berlangsung, Putri selalu senyum-senyum
sendiri seperti orang yang baru merasakan jatuh cinta. Ya tuhan, apa ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama? awalnya
aku membencinya tetapi mengapa hati ini selalu menyuarakan akan dirinya. Hati
ini selalu merindukannya saat kami tak sedang berdekatan. Ya tuhan, tolong jaga
hati dan perasaan ini. – Ucap Putri dalam hati.
“Put,
besok malam kamu ada acara nggak?” tiba-tiba nama ‘Kak Vino’ terpampang jelas
di layar kaca handphone Putri
menandakan ada pesan masuk darinya.
“Hmm
liat besok ya kak. Aku izin ayah dulu.” Balas Putri
“Oke
kalau gitu, kabarin ya.” Balas seorang lelaki diujung telepon sana.
“Ini
anak daritadi senyam senyum sendiri, kamu kenapa sih put? Lagi jatuh cinta nih
aku rasa” Tanya Citra dengan nada yang penasaran.
“Apasih
Cit, nggak kok. Aku seneng aja tadi bisa berduaan sama kak Vino hehe” Jawab
Putri tersimpul malu.
“Demi
apa?!!! Kok lo bisa berduaan sama kak Vino? Duh, hati-hati Put, dia itu kan
mantannya kak Silvia, kakak kelas yang super duper nyeremin itu Iho...” Ucap
Citra dengan nada kaget, dan panik seperti orang yang ketakutan.
“Tuh
kan Put, dibilang apa. Mending sama aku aja sini, udah jelas kan. Nggak akan
ada yang nyaingin kamu di hati aku put...” celetuk Faiz merayu dibelakang Putri.
“Ih
apaan sih kamu nyambung aja. Jangan harap ya aku mau sama orang modus kayak
kamu!” Jawab Putri ketus.
Kriiing... Bel sekolah telah berbunyi, menandakan jam pelajaran telah berakhir. Putri bergegas membereskan seisi tasnya dan langsung keluar kelas hanya ingin melihat seorang kakak kelas yang membuatnya menjadi seperti orang yg dirundung cinta. Putri berjalan disepanjang koridor jurusan akuntasi. Tetapi tanda-tanda dari Vino pun tidak ada. Ketika melewati kelas 12 akuntansi 3, Putri melihat Vino yang sedang asik bermesraan dengan kakak kelas yang saat istirahat tadi memerhatikan Putri dengan begitu sinis; Silvia.
Ya tuhan, aku harap ini bukan kenyataan.
Putri berjalan kearah loby dengan langkah tanpa semangat, senyuman di bibir Putri hilang begitu saja seakan ada angin yang dengan cepatnya merubah senyuman gadis ini, dan wajahnya terlihat murung. Tiba-tiba ada seseorang yang berlari dan menuju ke arah Putri.
“Hey put, keliatannya lemes banget. Kamu kenapa?” Tanya Vino peduli, sambil menepuk pundak Putri.
“Nggak kenapa-kenapa kok, kak. Masih kebawa pusing aja sama pelajaran akuntansi tadi, hehe...” Jawabnya dengan menyimpan segala rasa sakit dihatinya karena cemburu melihat Vino bersama Silvia kakak kelasnya.
“Ya ampun, dikirain kenapa. Akuntansi mah nggak usah dibawa pusing, put. Yang penting paham” Balas Vino agak sedikit meledek Putri sambil tertawa kecil.
“Hmm iya, kak” Jawab Putri dengan nada acuh tak acuh.
“Bete banget sih keliatannya. Mau pulang bareng nggak?” Tanya Vino sambil memberi tawaran untuk pulang bareng kepada Putri.
“Nggak usah kak, makasih. Nanti pacarnya marah lagi.” Jawab Putri sambil tersenyum sinis kepada Vino.
“Loh, mana pacar sih, put? Perasaan semua sama aja deh, semua perempuan yang deket sama aku cuma sebatas teman , haha.” Ledek Vino sambil merayu Putri.
“Iya deh percaya sama kakak” Jawab Putri terlihat mengabaikan pembicaraan ini.
“Hmm yaudah mau bareng nggak nih?” Tanya Vino meyakini Putri.
“Aku nunggu jemputan aja, kak. Lain kali aja, ya. Makasih tawarannya” Jawab Putri tak semangat seakan mengabaikan perbincangan ini dan langsung meninggalkan Vino begitu saja.
“Hmm okey, sama-sama...” Balas Vino yang terkejut melihat Putri yang menurutnya bersikap tidak seperti biasanya.
***
Kriiing... Bel sekolah telah berbunyi, menandakan jam pelajaran telah berakhir. Putri bergegas membereskan seisi tasnya dan langsung keluar kelas hanya ingin melihat seorang kakak kelas yang membuatnya menjadi seperti orang yg dirundung cinta. Putri berjalan disepanjang koridor jurusan akuntasi. Tetapi tanda-tanda dari Vino pun tidak ada. Ketika melewati kelas 12 akuntansi 3, Putri melihat Vino yang sedang asik bermesraan dengan kakak kelas yang saat istirahat tadi memerhatikan Putri dengan begitu sinis; Silvia.
Ya tuhan, aku harap ini bukan kenyataan.
Putri berjalan kearah loby dengan langkah tanpa semangat, senyuman di bibir Putri hilang begitu saja seakan ada angin yang dengan cepatnya merubah senyuman gadis ini, dan wajahnya terlihat murung. Tiba-tiba ada seseorang yang berlari dan menuju ke arah Putri.
“Hey put, keliatannya lemes banget. Kamu kenapa?” Tanya Vino peduli, sambil menepuk pundak Putri.
“Nggak kenapa-kenapa kok, kak. Masih kebawa pusing aja sama pelajaran akuntansi tadi, hehe...” Jawabnya dengan menyimpan segala rasa sakit dihatinya karena cemburu melihat Vino bersama Silvia kakak kelasnya.
“Ya ampun, dikirain kenapa. Akuntansi mah nggak usah dibawa pusing, put. Yang penting paham” Balas Vino agak sedikit meledek Putri sambil tertawa kecil.
“Hmm iya, kak” Jawab Putri dengan nada acuh tak acuh.
“Bete banget sih keliatannya. Mau pulang bareng nggak?” Tanya Vino sambil memberi tawaran untuk pulang bareng kepada Putri.
“Nggak usah kak, makasih. Nanti pacarnya marah lagi.” Jawab Putri sambil tersenyum sinis kepada Vino.
“Loh, mana pacar sih, put? Perasaan semua sama aja deh, semua perempuan yang deket sama aku cuma sebatas teman , haha.” Ledek Vino sambil merayu Putri.
“Iya deh percaya sama kakak” Jawab Putri terlihat mengabaikan pembicaraan ini.
“Hmm yaudah mau bareng nggak nih?” Tanya Vino meyakini Putri.
“Aku nunggu jemputan aja, kak. Lain kali aja, ya. Makasih tawarannya” Jawab Putri tak semangat seakan mengabaikan perbincangan ini dan langsung meninggalkan Vino begitu saja.
“Hmm okey, sama-sama...” Balas Vino yang terkejut melihat Putri yang menurutnya bersikap tidak seperti biasanya.
***
Baru
saja aku merasakan cinta pada pandangan pertama. Merasakan api yang berkobar
begitu hebatnya saat sedang bersamanya. Tetapi tiba-tiba ku rasakan kecemburuan
yang tak kalah hebatnya. Melihatnya bermesraan dengan wanita lain. Bukan hak ku
memang, tetapi apakah ia tidak bisa menjaga sedikit saja perasaan ku. Cerita,
canda, dan tawa yang tadi ia bagikan bersamaku, aku merasa seolah dia memiliki
rasa kepadaku. Bodoh, mungkin hanya aku saja yang ke ge’eran. Lelaki semacam
dia pasti tak ada yang serius dengan masalah cinta. Aku nggak boleh terlalu
berharap.
“Gimana
tadi di sekolah , nak? Menyenangkan bukan memiliki banyak teman baru?” Tanya
ayah Putri yang tiba-tiba mendekati putri bungsunya ini yang sedari tadi
melamun di teras belakang sambil meratapi rintik-rintik hujan kala itu.
“Tidak, ayah...
Sepertinya aku mulai merasa nggak betah di sekolah itu. Jiwa ku seperti tak
menyatu dengan sekolah itu. Aku ingin pindah aja, yah.” Jawab Putri sambil
membenarkan posisi duduknya.
“Loh,
kenapa? Bukannya seminggu ini kamu semangat banget untuk berangkat ke sekolah?”
ayahnya berbalik tanya heran dengan alis yang dinaikan .
“Dia itu
lagi ngerasain jatuh cinta yah, makanya semangat banget buat sekolah. Kalau dia
minta pindah, berarti dia lagi ngerasain pahitnya cinta. Sudahlah yah, anak
kayak gitu mah mudah di tebak sikapnya” Celetuk Elin; kakak pertama Putri.
“Sudahlah,
Elin, jangan seperti itu pada adiknya.” Balas ayahnya membujuk seakan membuat
percikan api kecil yang di lontarkan Elin padam agar tidak terjadi ke gaduhan
antara kakak beradik yang tidak pernah akur ini.
Putri langsung meninggalkan ayah dan kakak pertamanya
itu. Berjalannya waktu Putri merasa panas dan tidak betah dengan situasi rumah
yang semakin hari semakin jauh dari dirinya. Tak ada seorang pun yang mengerti
dirinya. Keluarganya terlalu sibuk dengan urusannya masing-masing. Sehingga
membuat Putri selalu memendam apa yang dia rasakan.
***
Cause all of me, loves all
of you
Love your curves and all
your edges
All your perfect
imperfections
Tiba-tiba handphone Putri berdering dan terpampang jelas
nama ‘Kak Vino’ di layar handphone-nya. Buru-buru Putri mempercepat langkahnya
menuju kamarnya dan mengunci rapat-rapat.
“Hallo,
put. Lagi apa?” Sapa Vino mengawali
pembicaraan.
“Hey kak.
Lagi duduk aja nih, ada apa ya, kok tumben telpon aku?” Jawab Putri.
“Hmm lupa
ya? gimana untuk malam ini? Boleh keluar nggak sama ayah?” Vino kembali
bertanya, mengingatkan ajakannya siang tadi kepada Putri.
“Maaf,
kak, kayaknya nggak bisa deh. Lagi ada masalah dirumah. Maaf, ya.” Jawab Putri
menolak ajakannya sambil menutupi keadaan keluarganya.
“Masalah
apa emangnya? Mungkin dengan jalan nanti kamu bisa lebih fresh. Sayang lho wajah cantiknya dibaluti kemurungan terus gitu”
Vino berusaha merayu Putri.
“Hmm
liat nanti deh, kak.” Putri mulai bingung.
“Yasudah
kalo nanti berubah pikiran kabarin aku, ya. Bye...” Jawab Vino dengan beribu
harapan dihatinya agar Putri berubah pikiran dan mau jalan dengannya.
“Oke,
kak. Bye.” Balas Putri dan langsung memutuskan sambungan teleponnya.
Matahari
mulai meredupkan cahayanya. Bulir-bulir air hujan semakin deras berjatuhan ke
muka bumi ini. Suasana dirumah Putri semakin sunyi. Satu persatu,
kakak-kakaknya pergi meninggalkan rumah dengan membawa segala kesibukan mereka.
Begitu pula dengan Ayah-nya, seringkali ia meninggalkan rumah hanya karena ada meetting dadakan dengan client-nya. Hanya ada Mba Ijah; seorang pembantu
rumah tangga yang selalu menemani Putri setiap kali dirinya ditinggal pergi
oleh keluarga nya. Melihat kondisi rumah yang seperti ini, membuat Putri
merubah pikirannya, ia berubah pikiran dan menerima ajakan Vino untuk pergi
bersamanya malam nanti.
“Halo,
kak. Kayaknya aku berubah pikiran, nih.” Putri memulai pembicaraan melalui
telepon.
“Halo
juga, put. Berubah pikiran? Berarti malam ini kamu bisa jalan sama aku?
Akhirnya...”jawab Vino dengan penuh bahagia.
“Hmm iya,
kak. Orang rumah pada pergi. Sepi juga kalau dirumah Cuma sama Mba”
“Oh
gitu, okedeh. Sekitar jam 7 nanti aku jemput kamu, ya. Aku tunggu di depan
komplek.”
“Oke, kak”
Putri mengakhiri pembicaraan.
***
Malam itu Putri dan Vino
menghabiskan waktu bersama di salah satu kafe, yang terletak di tengah-tengah
kota Jakarta; Kemang. Putri dan Vino menempati meja special yang berada tak
jauh dari letaknya panggung, dengan suasana iringan lagu jazz romantic menemani kebersamaan mereka. Dengan
tatapan mata mereka yang saling bertemu, Vino pun menggenggam tangan Putri
secara perlahan dengan sentuhan kata-kata indah yang terucap dari bibir manis
Vino. Dengan penuh bahagia dan terkejut Putri pun seakan terbawa suasana, dan
terharu, Putri merasakan sebuah kebahagiaan yang belum ia rasakan sebelumnya.
“Putri... makasih ya kamu udah
mau dateng keundanganku, aku akan selalu ada untukmu disaat kamu membutuhkanku,
aku janji aku nggak akan biarkan simpulan senyum kamu terlepas begitu aja” rayu
dan janji Vino sambil menatap ke arah putri.
“Makasih ya kak, udah membuat
malam yang special banget buat aku dan kesepianku dirumah seakan sirna dengan
kehadiran kakak...” ucap Putri dengan air mata terharu dengan kata-kata.
“Kok Putri malah nangis,coba tunjukin ke aku simpul senyum kamu...” Bujuk Vino
sambil menghapus air mata yang menetes di pipi Putri.
Bulanpun ikut tersenyum dan semakin
memancarkan cahayanya menandakan malampun semakin larut, akhirnya Vino
mengantar Putri pulang menuju rumahnya. Selama diperjalanan mereka berbincang
ringan. Sesekali Putri menatap mata Vino yang sedang fokus menyetir kendaraan
beroda empat yang didalamnya dipenuhi dengan kaset film yang berserakan di
bangku belakang. Sesampainya didepan rumah Putri, belum sempat Putri membuka
pintu mobil, tiba-tiba Vino menarik tangan Putri, Vino memberikan kecupan manis
di kening Putri dan memberikan sebuah coklat berbentuk love yang telah ia pesan di kafe tadi. Melihat perlakuan Vino yang
seperti itu, Putri langsung membuka pintu mobil dan memberikan senyuman manis
kepada Vino sambil mengucapkan “Terima
kasih untuk hari ini, ku harap ini bukan mimpi ku saja”. Vino membalas
senyuman itu dan menunggu Putri hingga masuk ke dalam rumahnya.
***
Seminggu
sudah kedekatan Putri dengan Vino. Tiiin tiiin
.... klakson motor Vino pun berbunyi tanda Putri akan dijemput.
“Pagi
semua...” sapa Putri semangat kepada keluarganya mengawali cerahnya pagi dalam
kehidupannya.
“Pagi
nak, kamu mau ayah antar ke sekolah? Tanya Ayahnya penuh perhatian.
“Terima
kasih ayah, kak Vino sudah menjemputku di gerbang, putri bareng kak Vino aja ya
ayah...” jawab Putri sambil pamit dengan ciuman manis yang tertinggal di pipi
sang Ayah.
Saat diperjalanan
menuju sekolah hujan deras turun membasahi daratan aspal. Putri dan Vino pun
memilih berteduh di halte taman yang tak jauh dari rumah Putri. Seakan suasana
berbicara menemani kebersamaan mereka.
“Yah
kamu basah ya Put?” Tanya vino penuh perhatian dan panik melihat Putri yang
basah kuyup.
“Enggak
apa-apa ko kak, hanya basah sedikit aja...” Jawab Putri dengan senyum menahan
dingin karena kehujanan.
Dalam melihat
kondisi Putri yang sedang merasakan dingin, seketika Vino memakaikan jaketnya
untuk Putri dengan begitu lembutnya. Seakan simpul senyum di bibir Putri tak
bisa terelakan lagi.
Hujan
pun mulai reda. Putri dan Vino pun bergegas utntuk melanjutkan perjalanannya ke
sekolah.
“Kak
Vino... Kak Vino... liat deh keatas sebentar aja...” ucap Putri yang belum
beranjak dari tempat duduknya sambil menarik tas yang dikenakan Vino.
“Ada apa
sih Putri... kamu panik banget ?” Jawab Vino heran
“Kak
liat deh diatas ada seutas cahaya pelangi yang berwarna-warni” ucap putri
sambil melihat pelangi dengan mata yang bercerita.
“Iya
indah banget ya Put...” jawab Vino dengan penuh kekaguman.
“Kak tau
nggak, Pelangi itu seperti kakak dikehidupan aku, karena selalu hadir
memberikan warna yang indah di setiap langkah kehidupan aku” ucap Putri
bercerita.
“Tapi
kalau kamu bukan seperti pelangi put, Kamu itu seperti hujan, karena pelangi
takkan pernah ada tanpa hadirnya hujan. Jadi kamu pun hadir mewarnai semangat
hari-harinya aku...” ucap Vino berbalas cerita dengan senyum menatap pelangi
yang bercahaya.
Matahari
mulai menampakan cahayanya yang sempat redup di tutupi awan mendung. Vino dan
Putri bergegas menghampiri motor Vino dan mempercepat laju motornya agar segera
sampai ke sekolah.
***
Seiring
berjalannya waktu, kebersamaan merekapun semakin dekat. Dan tanpa mereka sadari
kedekatan mereka sudah sampai di penghujung perjalanan belajar Vino di sekolah
itu.
Ujian
Nasional kelas 12 pun telah berakhir, Vino dan teman-teman satu angkatannya pun
melaksanakan wisuda dan perpisahan tanda masa belajar mereka di sekolah itu
telah berakhir. Vino pun akan melanjutkan belajarnya dengan mengambil beasiswa
di Amerika.
“Selamat
ya kak, sudah lulus...” sapa Putri dengan memberikan hadiah tanda selamat ke
Vino
“Terima
Kasih ya Put atas ucapan selamat dan hadiahnya, aku juga sekalian mau pamit
sama kamu, aku mau melanjutkan studi di Amerika, jadi tetap pertahankan simpul
senyum kamu dan buktikan kamu bisa lebih baik dari aku” balas Vino sambil
tersenyum sedih dan memberikan satu set alat lukis untuk Putri.
***
Hari ini adalah hari terkahir
Vino berada di Indonesia. Semua barang-barang Vino sudah dikemas dan dimasukan
kedalam bagasi mobil yang ingin menuju ke Bandara Soekarno-Hatta. Putri dan
keluarga Vino turut mengantar Vino ke Bandara. Selama diperjalanan Putri
terdiam dan termenung, ia masih belum dapat menerima kenyataan bahwa Vino akan
meninggalkan dirinya.
“Putri... aku harap simpul
senyum kamu enggak akan pernah lepas, dan kamu terus mewarnai indahnya pelangi
di kehidupan kamu, maafin aku yang enggak bisa lagi selalu ada untuk kamu, jaga
diri kamu baik-baik ya” salam perpisahan terakhir Vino sambil memeluk Putri dan
langsung menuju ke pesawat sambil melambaikan tangannya.
Butiran air mata di pipi Putripun
seakan tak tertahankan lagi, bibirnyapun sekejap membeku bingung harus berkata
apa dalam perpisahan terakhirnya dengan Vino, hanya pelukan terakhirlah yang
mewakili rasa hati Putri yang tak ingin jauh dari Vino.
***
Dua
tahun mereka berpisah, awalnya Putri merasa kehilangan semangatnya, namun
berjalannya waktu Putri mengerti bahwa Vino takkan pernah hilang dari hatinya. Putri
menjalani hari–harinya dengan penuh semangat, Putri ingin membuktikan pada Vino
bahwa ia bisa menjadi yang terbaik disekolahnya.
Setiap sehabis
keindahan yang ada di perjalanannya kali ini, Putri selalu menggambarkan
suasanana hatinya melalui lukisan pelangi, karena dengan Putri melukis pelangi
ia merasa kehadiran Vino disampingnya.
Detik-detik
kelulusan pun sudah sampai dibenak Putri. Hampir setiap hari ia tak lepas dari
usahanya mendapat nilai terbaik di sekolahnya. Namun usahanya tidak sia-sia Putri
berhasil menjadi lulusan denagn nilai terbaik disekolahnya.
Sepekan
setelah kelulusannya Putripun meniatkan dirinya untuk pergi ke negeri paman sam,Amerika serikat untuk memberitahukan
keberhasilannya kepada Vino.
Namun sebelum keberangkatannya Putri
menerima kiriman undangan pernikahan, dengan penuh penasaran ia membuka
undangan tersebut. Seakan suasana bahagia berubah menjadi tangisan hati Putri,
karena ternyata undangan pernikahan itu dari Vino.
***
Hari ini adalah hari bahagia Vino tapi tidak untuk Putri,
Seakan Putri menyadari bahwa keindahan Pelangi tidak akan pernah hadir ditengah-tengah indahnya sunset. Walau hatinya
meronta dan hancur Putri tetap memberikan selamat bahagia kepada Vino dan
pasangannya, Putri juga memberikan sebuah hadiah berupa lukisan sepasang insan
yang sedang bergandengan tangan sambil menatap pelangi yang tak berwarna
diatasnya dan diselipkannya sepucuk puisi indah ungkapan isi hatinya selama
ini.
Untuk pelangiku yang kini tak
berwarna...
Saat cahaya matahari redup
dan awan
mendung yang menyelimuti suasana pagi kala itu,
seakan hujan turun
dan
menghadirkan pelangi nan indah di akhir rintikannya.
Pelangi itu begitu indah,
selalu
memberikan warna disetiap garis lengkungannya.
Namun, kini pelangi itu tak lagi
berwarna,
seakan warna itu hilang begitu saja dengan hadirnya sunset yang lebih indah.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar